Belajar dari Kesalahan
**)
Seorang karyawan di bagian dapur lupa memasukkan satu jenis bumbu ke dalam masakan yang tengahia buat. Ketika masakan itu dihidangkan dan kemudian disantap oleh pengunjung restorannya, pengunjung itu merasakan hidangan itu “kurang sesuatu”. Si pengunjung komplain kepada manajer restoran.
Alih-alih mengakui alpa memasukkan bumbu tertentu, juru masak justru berusaha mengelak.
Ia tak ingin reputasinya sebagai juru masak rusak dan dikenai sanksi oleh manajer. Namun, dengan bersikap seperti itu, ia telah melakukan kesalahan kedua: membiarkan prosedur memasak berjalan seperti biasa tanpa perbaikan. Setiap orang, dalam organisasi manapun, pernah berbuat kesalahan.
Namun banyak orang takut untuk mengakui bahwa mereka telah berbuat salah. Ancaman hukuman yang membayang-bayangi membuat seorang karyawan akan berusaha menyembunyikan kesalahan itu. Apalagi bila sanksinya keras.
Manajemen perusahaan yang baik akan membangun lingkungan kerja yang memungkinkan karyawan
berani dan bersedia mengakui kesalahan dan, yang lebih penting lagi, belajar dari kesalahan itu. Siapa
pun, direksi sekalipun, sangat mungkin melakukan kesalahan.
Dalam mengambil kebijakan, dalam mengeksekusi keputusan, atau menjalankan tugas rutin sehari-hari.
Apabila kesalahan masih terjadi dalam suatu prosedur yang telah disusun secara cermat, berarti memang masih ada lubang dalam mata rantai prosuder yang harus diperbaiki.
Dengan menutup-nutupi kesalahan, maka lubang itu tidak akan diketahui dan prosedur tidak akan diperbaiki.
Artinya, kesalahan serupa sangat mungkin terjadi lagi dan hasil akhir suatu produk tidak seperti yang diharapkan. Lingkungan sebaliknya akan memberi dampak positif bagi individu karyawan maupun bagi perusahaan.
Sekedar contoh: seorang karyawa Toyota keturunan Amerika yang tengah magang di Jepang semula
telah bersiap untuk “mempertahankan diri” ketika ia diketahui berbuat salah dan ditanya oleh manajernya.
Di hadapan anggota tim yang lain, ia pun memaparkan apa yang ia lakukan.
Namun ia terbengong-bengong sebab ketika ia selesai berbicara, anggota tim lainnya justru bertepuk tangan.
Manajernya mengatakan, dari kesalahan yang ia perbuat, tim bisa mengidentifikasi masih adanya titik lemah di dalam prosedur yang selama ini mereka jalani.
Perbaikan prosedur kerja pun bisa dilakukan. Karena itu tim berterima kasih karena ia telah berani dan bersedia memaparkan kesalahan yang ia lakukan. Itulah salah satu manfaat yang diperoleh perusahaan karena karyawan mau bersikap terbuka dan lingkungan kerja menerima kesalahan sebagai hal yang wajar dalam aktivitas kerja.
Ada peluang-peluang perbaikan yang dapat terus dilakukan untuk memperbaiki kualitas proses maupun produk/jasa apabila karyawan tidak takut mengutarakan kesalahannya.
Dibandingkan ancaman sanksi yang keras, menyediakan lingkungan yang kondusif seperti itu akan lebih bermanfaat. ***) dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar